Itu sahaja....

Baru-baru ini saya telah ditemu ramah oleh seorang student dari sebuah univeristi bagi menyiapkan kerja akhirnya. Berikut saya turunkan sebahagian dari termuramah itu:

Download nota

Soalan Wawancara pada isnin 11 mei 2009

(1) Pernahkah anda menonton film Susuk? Jika belum pernah saya akan ceritakan sedikit sebanyak tentang film ini..

Belum dan mungkin saya tidak akan berkesempatan menontonnya jika ianya tiada ditanyangkan di television atau mana-mana perjumpaan. . Malah saya jarang-jarang melihat wayang di panggung-panggung berbayar di saat-saat usia saya yang semakin tua begini.

Namun demikian tanpa sedari saya ada mendengar atau membaca tulisan-tulisan mengenai film, tetapi saya tidak beberapa focus sangat hal itu. Tumpuan kerjaya saya kini banyak melihat kepada apakah potensi peningkatan teknikal untuk penerbitan rancangan-rancangan television yang dibikin oleh Jakim. Tugas saya sakarang memang itu.

Semalam (ahad 10 mei 2009) saya ada membaca dalam internet dan akhbar mengenai film Susuk itu. Dalam akbar dinyatakan film susuk ialah ialah film seram di mana film-film seram buat masa ini sangat dominasi dalam pasaran.

Antara film-film seram, film melayu terbitan tempatan tahun 2003-2209 sehingga April 2009 ialah Jangan Tegur, Jin Hutan, Pasukan Ablasa, Maut, Histeria, Antoo Fighter, Susuk, Congkak, Kala Malam Bulan Mengambang, Misteri Orang Minyak, Waris Jari Hantu, Jangan Pandang Belakang, Chermin, Puaka Tebing Biru, syaitan, Seed of Darkness, Possessed, Gong, Pontianak Harum Sundal Malam 2, Pontianak Menjerit, Potrek Mistik, I know What You Did Last Raya, Tujuh Perhentian, Makar, Pontianak Sundal Malam, Di Ambang Mesteri, Mistik.

Kutipan yang dihasilkan dari tayangan film tersebut ialah RM 5.78 juta untuk film Jangan Pandang Belakang, RM 0.23 juta untuk film Jin Malam, sementara filem Susuk Cuma mendapat RM 2.07 juta.

Panggung-panggung wayang tempatan sebenarnya dibanjiri oleh film-film seram dari luar negeri seperti film-film dari Thailand, Jepun, Korea, Hong Kong dan Barat.

Menurut sejarah film yang sedang sekarang dipamerkan di Galeri Perfilemen Finas Ulu Klang dibuka secra percuma sehingga hujung bulan Mei 2009 ini menyatakan bahawa film seram pertama kali diterbitkan ialah Pontianak pada tahun 1957 arahan BN Rao, menampilkan primadona Datuk Maria Menado dan mendapat sambutan di.luar jangkaan hingga menjadikannya sebuah film box office Asia selain pernah menyertai Anugerah Festival Film Asia Pasipik di Tokyo, Jepun pada tahun sama.

Selepas itu film tempatan tidak mengeluarkan film seram kecuali film Fantasia arahan Aziz M. Osman, tetapi film itu tidak boleh ditayangkan kepada umum kerana telah diharamkan tayangannya oleh Lembaga Penapisan Film Kementerian Dalam Negeri Malaysia. Film ini mengandungi unsur tahyul dan boleh memesongkan akidah.

Film Mistik terbitan Metrowealth Movies Production Sdn Bhd(MMP) pada tahun 2003 telah memecahkan kesunyian itu. Panggung-panggung wayang di Malaysia sudah ada menyayangkan filem melayu tempatan yang berunsurkan seram.

Berbalik kepada film Susuk itu, saya terbaca dalam internet bahawa cerita film itu telah diterbitkan dalam bentuk novel di Indonesia. Menurut blog yang saya baca itu ada dua buah novel mengenai susuk itu. IP blog tersebut itu ialah:

http://qyu.blogspot.com/2008/03/susuk.html

Judul Asli : Susuk, The Evil
Within (2007)
Penerjemah : Anik Sumarni
Penyunting : Gita
Romadona
Penerbit : Ramala Books (Ufuk Press), Februari 2008
Tebal : 233 halaman
ISBN : 979-1238-65-6

Judul yang singkat dan gambar sampulnya yang menarik perhatian menjadi pemikat pertama, meskipun penulisnya sama sekali belum aku kenal. Kutipan di sampul belakang yang hanya terdiri dari 5 kalimat pendek tentang susuk dan pantangannya, juga semakin membuat penasaran. Ketika membuka plastik pembungkusnya, sebuah kejutan muncul. Sampul novel ini ternyata berupa lipatan. Sampul paling depan bergambar sepotong wajah cantik wanita muda. Namun bila lipatannya dibuka.... tampaklah sepotong wajah wanita tua dengan kerutan-kerutan yang sumpah mengerikan.

Kejutan selanjutnya saat membuka-buka halaman judul adalah bahwa novel ini adalah terjemahan!. Dari judul dan nama pengarangnya aku pikir ini adalah karya lokal, karena judul "Susuk" adalah judul yang sangat Indonesia dan Amir Hafizi adalah nama yang sangat mungkin sebagai nama orang Indonesia. Namun ternyata novel ini adalah terjemahan dari novel adaptasi sebuah film buatan Malaysia.

RINGKASAN CERITA:

Soraya adalah seorang gadis yang bekerja sebagai seorang perawat di sebuah rumah perawatan orang jompo. Ia memiliki bakat menyanyi, tapi sayang tidak memiliki kesempatan untuk menyalurkan bakatnya.

Soraya sedang menghadapi banyak masalah, di tempat kerja ia sering menjadi sasaran kemarahan bos nya, hubungannya dengan Kamal juga sedang tidak harmonis, sementara ia juga ikut tertekan karena Sofia kakaknya sering mengalami penyiksaan oleh Farish suaminya sendiri.

Satu saat Soraya mendapat kesempatan bertemu dengan penyanyi terkenal Rozana di belakang panggung suatu konser musik. Dengan pengalamannya sebagai perawat ia sempat menolong Mona, penyanyi tenar lain yang menjadi teman duet Rozana, yang tiba-tiba pingsan. Sejak itu Soraya berteman dengan Rozana.

Rozana akhirnya mengaku terus terang kepada Soraya bahwa keberhasilannya bukan murni hasil dari bakat dan kerja keras. Rozana memakai susuk yang secara gaib merubah penampilan dan suaranya sehingga memikat banyak orang. Rozana mengajak Soraya ke Bomoh Effendi, dukun yang membantunya memasang susuk. Soraya yang sedang ingin bisa menyelesaikan semua kekalutan hidupnya pun bimbang, antara tetap bertahan dengan kehidupannya yang penuh kesulitan atau mengikuti jejak Rozana.

Secara paralel novel ini juga berkisah tentang Suzanna, seorang penyanyi wanita yang tengah menguasai khasanah musik Malaysia dalam lima tahun terakhir. Kecantikannya, kemolekannya dan keindahan suaranya membuat semua orang tersihir. Dan, ya, itu semua juga berkat susuk yang tertanam dalam tubuhnya.

Mereka yang memasang susuk pada tubuhnya memiliki pantangan-pantangan besar yang tidak boleh dilanggar. Antara lain tidak boleh berjalan di bawah jemuran pakaian, dan tidak boleh menyeberangi aliran sungai pada siang hari. Jika ini dilanggar susuk yang terpasang malah akan memberikan efek yang sebaliknya. Penuaan dalam waktu cepat.

Suzanna telah terlambat menyadari saat ia melanggar salah satu pantangan. Dan satu-satunya cara untuk menolak efek penuaan cepat yang akan dihadapinya adalah ia harus segera mengambil kecantikan gadis lain...

REVIEW

Ada Dua Novel

Tema "Susuk" sepanjang yang aku ketahui adalah sebuah tema yang jarang sekali diangkat, meskipun sebenarnya hal yang satu ini sudah menjadi pengetahuan orang banyak. Jadi ini adalah sebuah tema yang sangat menarik untuk diikuti.

Novel ini ternyata bukan satu-satunya novel yang diterbitkan untuk membarengi peluncuran film "Susuk" produksi Malaysia itu. "The Evil Within" yang ditulis oleh Amir Hafizi ini adalah novel adaptasi yang berisikan cerita sebagaimana yang dilakonkan dalam film. Dan satu buku lagi berjudul "Susuk" ditulis oleh Nizam Zakaria lebih bercerita tentang sejarah dan latar belakang susuk itu sendiri. Sayang, kenapa harus dipisahkan. Padahal jika bisa diramu dalam satu novel pastilah akan menjadi lebih menarik dan lengkap.

Menarik Tapi Kurang Fokus

Cerita di dalam novel ini lumayan menarik seputar bagaimana Soraya terlibat semakin dalam di dunia 'susuk'. Lebih ke genre thriller daripada horror. Nyaris tidak menggunakan sosok hantu-hantuan, hanya ada beberapa kejadian gaib dan orang-orang berkemampuan mistik.

Di awal-awal pembaca akan sedikit kewalahan dengan banyaknya tokoh yang muncul, dan tidak jelas mana yang menjadi tokoh utamanya. Akan sedikit membingungkan menghubungkan satu tokoh dengan tokoh yang lain di bab berikutnya. Apalagi ternyata dalam cerita ini ada 2 buah plot cerita dengan tokoh berbeda yang dituturkan secara bergantian.

Agak disayangkan bahwa cerita ini tidak fokus sepenuhnya ke seputar susuk. Ada konflik yang agak 'kemana-mana' keluar dari konteks. Masalah keluarga kakak Soraya yang lumayan mendominasi beberapa bagian cerita ternyata tidak berhubungan sama sekali dengan judul besar novel ini. Ada juga beberapa konflik kecil lain yang ternyata juga tidak memberikan sumbangan apa-apa terhadap jalan cerita.

Kelemahan Novel Adaptasi Film

Salah satu kelemahan yang sering muncul di sebuah novel yang merupakan adaptasi dari film adalah kurangnya kedalaman cerita. Mungkin karena faktor bahwa penulis novelnya harus setia mengikuti skenario film yang telah dibuat sebelumnya oleh orang lain, yang tentunya akan membatasi pengembangan ide dari si penulis novel. Hal itu juga yang terjadi di novel ini.

Penuturan cerita di novel ini sedikit dangkal dan tidak banyak memberikan gambaran yang lebih dalam. Antara lain misalnya, karakter Soraya sang tokoh utama belum tergali secara mendalam. Pendirian dan prinsip hidupnya tidak terjelaskan dengan lengkap. Cerita tentang apa itu susuk, bagaimana dan mengapa juga tidak diberikan di novel ini. Memang katanya ada buku pendamping yang dirilis bersamaan yang banyak bercerita lebih detail tentang itu. Tapi mestinya paling nggak ada sedikit penjelasan lah dalam novel ini agar lebih lengkap.

Satu masalah lagi adalah pemakaian nama Suzanna sebagai salah satu tokoh utama agak sedikit membingungkan. Nama "Suzanna" dengan dobel "n" sudah identik dengan Ratu Film Horror Indonesia. Jadi ketika tokoh Suzanna di novel ini digambarkan sebagai wanita muda yang cantik, agak susah membayangkannya. Yang muncul selalu wajah Suzanna yang ada di poster film "Hantu Ambulance" :D

Kejutan Lagi!

Yang jelas, ending nya sangatlah mengejutkan! Bukan sebuah pelintiran cerita yang di luar dugaan, tapi sesuatu yang sudah disusun dari awal tapi kita tidak menyadarinya.

Bagian terakhir dari novel ini akan memutarbalikkan semua persepsi pembaca yang terbangun dari awal cerita. Kepingan-kepingan cerita yang tadinya telah disusun pembaca dengan rapi akhirnya harus dibongkar total dan ditata ulang begitu halaman terakhir ditutup. Anda akan dipaksa bengong sejenak karena kejutan ini, karena semua cerita harus diingat-ingat dan disusun kembali untuk membuat bangunan cerita yang seharusnya. Bahkan mungkin anda akan segera membaca ulang dari depan :D Sebaiknya tidak perlu menebak-nebak bagaimana ending novel ini, agar tidak kehilangan efek kejutannya ;)

Ini memang novel yang penuh kejutan menarik. Dari sampulnya hingga kisahnya lalu endingnya. Seandainya digarap dengan lebih detail dan membuang hal-hal yang tidak perlu pasti akan semakin bagus.

http://yoyooh.com/original-post/yo-ori-hiburan/176-review-filem-susuk-2008-.html

Saya kutip sedikit dari pembacaan dalam internet itu::

Sinopsis

Setiap yang gemilang pasti ada harganya. Soraya ialah seorang pelatih jururawat yang mula resah dengan kehidupannya yang rutin. Dia ingin mengejar cita-citanya untuk menjadi bintang. Usahanya menghadapi jalan buntu, hingga dia diperkenalkan kepada amalan susuk yang mungkin dapat meningkatkan serinya. Dia harus membuat keputusan samada terus begini atau melintasi garisan ke alam lain... Sementara itu Suzana ialah seorang diva yang penuh misteri. Dia telah lama mengamalkan ilmu hitam akibat penggunaan susuk keramat yang amat merbahaya. Setiap kali Suzana melanggar pantang, korban manusia diperlukan. Kita ikuti hidup cemas kedua-dua wanita ini hingga tersingkap rahsia sebenar amalan terlarang itu.

Poster Filem pada tahun 2006

Lama benar publisiti tentang filem Susuk digembar-gemburkan tetapi filem edaran Grand Brilliance ini bagaikan tertangguh-tangguh untuk menemui penonton-penonton di Malaysia.

Sebab tertangguh, antaranya ialah rasa tidak puas hati pihak produksi tentang beberapa adegan didalam filem tersebut. Adegan yang memerlukan teknik CGi yang dikatakan lemah. Sebab lain kerana strategi pemasaran mereka.

Filem yang memulakan pengambaran pada tahun 2005 juga tertangguh kerana penukaran pelakun di saat akhir. Dian Sastrowardoyo yang memegang watak Soraya ditukar kerana jadualnya amat ketat dan digantikan dengan Diana Rafar sebagai tunggak utama filem tersebut.

Film Review

Last Thursday, I have the chance to watch "SUSUK " on midnight show at Sunway Pyramyd with fanatic movie goers friends. Thanks Adam Arjuna for inviting.

Bewildering, enthralling and alluring - perhaps that best describes "Susuk", the much-awaited movie after two years of hanging in the balance. It looks like a good start for newcomer duo Amir Muhammad and Naeim Ghalili for such a distinctive flick. "Susuk" lines up Malaysian stars such as Best Actress Ida Nerina with Sofea Jane and Aleeza Kassim, Adlin Aman Ramlie, Hairie Othman, Noorkhiriah and a load of cameo appearances to give colour to the story, while introducing Diana Rafar.

Dealing with two characters - a trainee nurse, Soraya (Diana Rafar) and a "queen" diva, Suzana (Ida Nerina), the story is well narrated into a classy presentation that intriguing and mystical. The journeys of the two women in their lives are driven by a good flow that takes the audience along the story effortlessly. Even though the story may seem slightly complex, the full puzzle power of "Susuk" is clearly unleashed at the end of the story. It's a smart way to make a good movie!

The cast looks steady generally, except the new chap Gambit who doesn't leave an impact. Ida Nerina, flamboyant as ever, presents one of the best performances in her career. Clap ! Clap ! Clap ! It's a simple portrayal, yet accurate. I am a big fan and please don't blame me for those remark.

Sofea Jane, after a long break from the big screen, is still as enchanting as we remember her. Adlin Aman Ramlie delivers some pretty incredible acting. Playing the great bomoh , he portrays the mysterious and eerie looks pretty well. That's what we call "less is more". However, it's Diana Rafar on her debut movie that surprises us all. Playing the lead opposite Ida, she proves that she deserve some standing in the local scene to grow into an even better talent. It's a big challenge for her to play alongside scene-stealers like Ida, Sofea, Aleeza and Adlin, but she manages to prove her very own star value.

Admittedly, the story-telling approach made by the co-directors in this movie would cause some confusion to the audience. Nonetheless, the final 10 minutes summarises the story convincingly. Overall, it's a good effort for a mystery-thriller local treat. Two thumbs up for "Susuk"!

(2) Apakah pendapat anda mengenai film ini?

Film yang dihasilkan bergantung skrip dan serta idea sebenar yang mahu disampaikan kepada audion. Kadang-kadang sebuah film yang bagus dari segi teknik, props, lakonan dan pengarahan, tetapi ia kurang mendapat sambutan penonton di panggung-panggong, walaupun film itu mendapat penghargaan yang baik dari para akadamik dan penggiat film industri.

Pengusha film harus sedar siapakah audion mereka. Sekiranya sesebuah film itu untuk dilihat para akadamik, maka pembikinan film harus ke situ. Begitu juga film untuk tujuan medapatkan wang tayangan.

Orang-orang melayu khusunya yang agak wara’ jarang menonton film di panggong yang bercampur lelaki dan perempuan. Mereka mungkin ada melihat film sekiranya film itu telah ditayangkan di siaran television. Orang-orang juga mungkin akan bercakap tentang jodol sesuatu film jika ia menjadi satu isu masyarakat.

Penonton film pula suka kepada cerita-certia yang mempunyai unsur inginkan tahu, inginkan apakah cerita, inginkan apakah berita yang boleh diketahui dari cerita sesebuah film itu. Orang suka benda-benda disebalik kain, suka benda-benda disebalik tabir. Kalau benda-benda itu dilarang, lagilah dia ingin tahu dan berebut-rebut mahu tahu.

Menurut pendapat seorang pengarah film yang saya jumpa, dia mengatakan 80% jalan cerita sebenarnya terletak dalam kepala penonton itu sendiri. Hanya 20% sahaja yang ditayangkan dalam film. Ini bermakna cerita yang ditayangkan itu hanya sebahagian dari keseluruhan tajuk cerita. Sebab itu fahaman cerita itu agak-agak berbeza di kalangan penonton.

Film susuk menggambarkan manusia tidak puas hati tentang dirinya yang ingin dipandang cantik oleh orang lain. Kekuatan dirinya memerlukan sokongan benda lain. Susuk merupakan satu kaedah bagaimana agar dirinya dipandang rupawan.

Susuk adalah amalan melayu yang tidak semua orang tahu tentang itu. Hanya bomoh atau pawang-pawang sahaja yang mengetahui bagaimana kaedah itu digunakan. Orang ramai hanya tahu amalan susuk ialah meletakkan satu benda dalam badan seseorang itu dengan jampi-jampi, kemudian amalan itu jika menjadi ia kelihatan cantik menawan walaupu asal mulanya dia seoran yang hodoh.

Orang mahu tahu apakah dan bagaimana susuk itu diamalkan. Sekiranya susuk itu semua orang tahu, film susuk tidak akan laris dalam pasaran, sekalipun film itu dalam bentuk seram yang melampau.

Unsur seram atau tidak bukanlah ukuran yang standart sebuah film itu mendapat sambutan. Kebolehan pengusha film sendiri belum mampu menerbitkan film yng bukan seram mendapat sambutan. Ilmu mereka dan kecenderongan mereka tentang keadaan seram itulah sebenarnya yang selalu dkongsi dengan penonton. Pengusha suka seram, penonton pun suka seram. Kalau pengusaha film tawar hati dengan keadaan seram, penonton pun tawar hati.

Film susuk dilakonkan oleh seniwati-seniwati memang handal berlakon, mereka dapat menjiwi watak-watak itu dengan bagus. Saya kira pengarah film ini memang tergambar watak perempuan yang pakai susuk itu seperti seniwati-seniwati itu.

Dari segi mendapatkan hiburan dari menonton film ini, kerana ia dalam kategori seram. Penonton terhibur dengan suasan seram. Seram yang saya maksudkan di sini ialah ngeri. Orang ngeri melihat hantu dan melihat kesakitan.

Orang melihat bahawa pemakai susuk adalah sebahagian dari hantu. Hantu itu memang makhluk, tetapi kerja hantu itu manalah bertujuan baik. Kerja hantu memang kerja jahat sahaja. Mereka mahu rampas kebahagian orang, mereka mahu harta orang, mereka mahu laki orang, mereka mahu anak dara orang, mereka mahu bini orang, mereka emak orang, meraka mahu segala-galanya. Mereka tamak dan tidak mahu orang lain lebih darinya..

Inilah agaknya orang ingin tahu apakah yang terkandung dalam film susuk.

(3) Menerusi hasil tontonan anda, boleh tak anda berikan apakah nilai yang terkandung dalam film ini, baik dari segi agama mahupun budaya.

Film susuk ini film cari duit. Pembikinan film ini bukan khusus untuk menceritakan tentang dakwah atau budaya. Nilai-nilai agama dan budaya yang terkandung di dalamnya dilapisi oleh unsur duit. Kalau adapun disebabkan untuk lepas dari sekatan Lembaga Penapisan Filem KDN.
Saya melihat kepada finas itu sendiri. Dialah sebenarnya teraju utama film-film seperti itu diterbitkan. Sekiranya Finas tidak membantu, Finas menghalang, film seperti susuk ini tidak akan terbit. Kalau terbit pun akan melalui polimik yang panjang dan huru hara.

Saya nampak orang yang bertanggungjawab di Finas memang suka kepada benda-benda macam ini.

(4) Pada pendapat anda, bagaimanakah penerimaan masyarakat terhadap film ini. Dan apakah yang mungkin menjadi faktor utama terhadap penerimaan masyarakat?

Masyarakat boleh menerima film ini kerana pengusaha film ini sendiri memang minat kepada benda-benda seram. Kalau pun Lembaga Penapisan Filem KDN mengharamkannya, pengusaha film akan berhujjah dan menggunakan pengaruh supaya ia dilepaskan.

Faktor cerita dan faktor-faktor lain saya tidak nampak sangat sebagai pemikat. Yang saya lihat ialah film ini bannyak diperkatakan, semacam ada promo melampau, dan orang mahu lihat apa itu susuk. Sebab dari hasil kutipan, pononton tidak ramai yang menonton lebih dari sekali..

Ukuran saya sekiranya film itu memikat orang mahu menonton berulang-ulang seperti zman-zaman dulu film sanggam, film bobby dan lain-lain bahawa orang menonton lebih dari sekali, walaupun bilangan penonton tidak ramai macam sekarang.

(5) Dari perspektif budaya, apakah nilai yang terkandung dalam film Susuk?

Film itu sendiri sebahagian dari cermin budaya. Itulah yang digambarkan tentang budaya orang-orang melayu. Walaupun mereka menganuti Islam, tetapi masih lagi mengamalkan amalan sihir.

(6) Bagaimanakah cara yang sewajarnya pembikinan film menerapkan nilai-nilai agama dan budaya di kalangan masyarakat hari ini.

Perusaha film atau pengarah film sebenarnya manusia penentu cerita itu logik atau tidak logik. Sekiranya idea itu mengatakan sesuatu watak itu perlu mati, maka manusia pengarah film ini boleh menentukan ajal nyawa watak tersebut. Begitu juga untuk menjadikan watak itu sebagai watak yang menang, maka watak itulah yang menang dalam cerita tersebut.

Negara kita masih beruntung kerana semua film mesti melepasi badan Lembaga Penapisan FIlem KDN, yang menentukan sebuah film itu boleh ditayang atau tidak boleh tayang.

Pengusaha film perlu mempunyai nilai “Jati Diri”, cintakan nama, sayangkan negara, bangsa dan kesucian agama. Sekiranya sebuah film itu sudah terpesong dari nilai jati diri, yang menjadi hal. ialah penilaian orang luar, dan bukan menjadi kesan apapun terhadap akidah. Mungkin orang akan terhina kerana film seperti film yang menghina Nabi dan sebagainya. Masyarakat dunia pernah marah kerana itu.

Saya juga berpendapat bahawa akidah penonton tidak akan terpengaruh disebabkan cerita dari sebuah film. Orang melayu pernah dihidangkan dengan film “Batu Belah Batu Telangkup”, “Si Tanggang”, “Toyol” dan film-film purbawara yang lain. Namun akidah orang Islam tidak menampakkan terpengaruh dengan film-film tersebut.

Dalam keadaan itu saya tidak mempunyai justifikasi yang khusus untuk diterapkan dalam pembikinan sebuah film.

(7) Apakah cadangan atau pendapat anda terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam termpatan hari ini?

Saya tidak mempunyai cadangan baru tentang nilai-nilai apakah yang harus diterapkan dalam film-film tempatan. Bagi mereka itu sudah banyak benda dan idea yang nak dimasukkan, tetapi film sukar nak laris.

Delima pengusaha film tempatan adalah itu, tetapi film nak dijadikan sebagai film dakwah, film propaganda, film politik atau film bentuk apa-apa sekalipun memang mereka telah bersedia, hanya peluang sahaja yang belum nampak.

(8) Apakah harapan anda kepada pembikinan film tanah air dalam pembikinan film tempatan hari ini?

Saya tidak mempunyai harapan yang bagus kepada pembikinan film tanah air dalam pembikinan film tempatan hari ini. Mereka merupakan kesinambungan nyawa Studio Jalan Ampas di Singapore.

Saya lebih berminat kepada pembikinan production house yang menerbitkan rancangan-rancangan untuk siaran television, seperti drama, dokumentari dan hiburan, sebab market kepada perusahaan ini sangat cerah.

Namun demikian pengusaha film yang tumpuan mereka kepada panggung-panggung wayang memanglah sukar untuk mendapatkan market yang bagus, lebih-lebih lagi berhadapan dengan lanun-lanun cetak rompak. Oleh itu, harapan baik macam mana pun sukar hendak dilaksanakan.

Itu sahaja....

SUK Selangor Akhirnya Angkat Sumpah Simpan Rahsia

film seram

Gundam Modelling Tutorial (using top coat)